musik pada masa penjajahan

1.    Masa Penjajahan

Masa ini dimulai dengan masuknya bangsa Eropa ke Indonesia, dimulai dari bangsa Portugis, Inggris, Belanda. Dalam bidang musik, bangsa Portugis mulai mengenalkan alat musik gitar, ukulele, dan selo, yang dimainkan dalam bentuk ansambel. Musik tersebut akhirnya berkembang pesat, terutama di Pulau Jawa dalam bentuk musik keroncong. Selain itu bangsa Eropa sangat penting peranannya dalam mengenalkan tangga nada diatonis serta sistem penulisan notasi musik yang digunakan oleh hampir semua musisi Indonesia modern, serta alat musik yang banyak dipakai sekarang ini.

2.    Masa Kini ( Modern )

Pada masa ini musik Indonesia dibagi lagi menjadi tahapan-tahapan yang lebih spesifik, diantaranya :

1.    Periode Musik sekitar Kemerdekaan ( th 1942 – 1950 )

Pengenalan penggunaan tangga nada diatonis dan sistem penulisan notasi oleh bangsa Eropa merupakan pondasi dasar bagi perkembangan musik modern Indonesia. Saat itu musik Indonesia banyak ditulis, terutama yang memiliki tema nasionalisme dan patriotisme. Beberapa komponis atau pencipta lagu pada masa itu diantaranya ; WR Soepratman, C Simanjuntak, Ismail Marzuki, Koesbini, H Mutahar, dan sejumlah nama lainnya.

Pada masa pemerintah Jepang, para seniman memperoleh sedikit kebebasan untuk mengungkapkan gagasan dan rasa patriotismenya. Pada masa inilah lagu kebangsaan Indonesia Raya mulai dapat dinyanyikan secara utuh sebagaimana yang kita kenal sekarang ini. Selain itu ada pula lagu-lagu yang ditulis untuk menggambarkan keindahan tanah air Indonesia serta kecintaan terhadap bangsa, Negara, dan tanah air Indonesia. Sebagai contoh beberapa lagu yang diciptakan oleh Ismail Marzuki, diantaranya “Rayuan Pulau Kelapa”, “Indonesia Pusaka”, dan lain sebagainya.

2.    Periode Musik Masa Orde Lama ( th 1950 – 1967 )

Perkembangan seni musik pada masa-masa setelah kemerdekaan mulai menampakkan kesuburan, yang ditandai dengan munculnya pencipta-pencipta lagu. Mereka tidak lagi menulis lagu-lagu yang bertema perjuangan, tetapi sudah mulai menggarap tema-tema lain yang bersifat lebih pribadi khususnya tema-tema percintaan.

Kelompok penyanyi dan pencipta ini terbagi dalam 2 kelompok besar, yakni kelompok penyanyi yang secara tegas mempertahankan warna musik Melayu dalam lagu dan musik yang dibawakannya serta penyanyi yang sudah membawa corak baru sebagai awal perkembangan musik pop Indonesia.

Kelompok pertama membawakan lagu-lagu bercorak Melayu dengan warna dan cengkok yang khas. Misalnya Said Effendi yang membawakan lagu-lagu yang cukup abadi hingga sekarang, seperti “Fatwa Pujangga”, “Semalam di Malaysia”, “Cinta Hampa”, dan lain sebagainya.

Kelompok kedua adalah pencipta dan penyanyi yang membawa corak warna Barat yang telah diwarnai dengan ciri khas Indonesia. Kelompok ini banyak dipengaruhi oleh keberhasilan penyanyi-penyanyi luar negeri yang telah sukses dan mendunia seperti Sketeer Davis, Jim Reeves, Little Richard, Elvis Presley, dan sebagainya.

Revolusi musik pop yang terjadi di Inggris, dikumandangkan oleh kelompok musik The Beatles pada awal tahun 1960-an, ternyata memberikan dampak yang luar biasa dalam perkembangan musik di Indonesia. Sekelompok pemuda yang terobsesi oleh keberhasilan kelompok musik asal kota Liverpool ini kemudian mendirikan kelompok musik yang diberi nama Koes Bersaudara yang sukses melahirkan sejumlah lagu popular. Keberhasilan Koes Bersaudara ini juga diikuti oleh penyanyi-penyanyi lain yang mulai bermunculan, seperti Lilis Suryani, Tetty Kadi, Ony Suryono, Tuti Subardjo, Rahmat Kartolo, Koes Hendratmo, Bob Tutupoly, Titik Puspa, Bing Slamet, dan sejumlah penyanyi lainnya.

Kebijakan pemerintah Orde Lama pada tahun 1964-1965 yang melarang semua jenis musik berbau Barat (oleh Presiden Sukarno disebut sebagai musik “ngak ngik ngok) dimainkan dan dinyanyikan oleh penyanyi-penyanyi Indonesia, menyebabkan surutnya proses kreativitas pemusik Indonesia. Sejumlah penyanyi dan pemusik kemudian ditangkap hanya karena berambut gondrong, bercelana ketat, dan membawakan musik-musik “ngak ngik ngok” itu. Lagu-lagu Indonesia harus memiliki corak Indonesia dan warna daerah-daerah yang ada di Indonesia. Akibat kebijakan ini mulailah bermunculan lagu-lagu daerah yang diiringi oleh peralatan musik elektrik. Beberapa penyanyi yang popular oleh situasi ini adalah Elly Kasim yang khusus membawakan lagu-lagu daerah Padang, kemudian Upit Sarimanah yang khusus membawakan lagu-lagu daerah Sunda, serta beberapa penyanyi lainnya. Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kebudayaan ini ternyata menguntungkan jenis musik Melayu yang telah diwarnai oleh bunyi gendang dan cengkok India.

3.    Periode Musik masa Kebangkitan ( th 1970-1990 )

Pada awal decade 1970-an, bermunculan kelompok-kelompok musik yang menciptakan dan membawakan sendiri lagu-lagu mereka. Koes Bersaudara yang sempat terhenti oleh kebijakan Orde Lama terlahir kembali dengan nama Koes Plus. Keberhasilan kelompok Koes Plus ini kemudian merangsang pula lahirnya kelompok musik lain seperti Panjaitan Bersaudara (Panbers) dari Medan, Rasela dari Jakarta, The Rollies dari Bandung, Rhapsodia dari Bandung, Favourites Group dari Jakarta dan The Mercys dari Medan.

Keberhasilan kelompok-kelompok musik selanjutnya mendorong kelompok musik lain dari berbagai kota di Indonesia untuk memasuki dunia musik. Jumlah kelompok musik ini sangatlah banyak dan didukung penuh oleh industri rekaman yang mulai mengalihkan perhatiannya kepada bisnis musik seperti itu. Kelompok musik itu diantaranya adalah The Gembels, AKA, D’Hands dari Surabaya, Wings dari Palembang, Trenchem dari Malang, Geronimo dari Jogyakarta, God Bless dari Jakarta, Shark Move dan Giant Step dari Bandung, serta banyak lagi kelompok musik dengan corak warna musik yang mereka bawakan.

Aktivitas kelompok musik yang bermunculan di berbagai kota di Indonesia tersebut sesungguhnya dipengaruhi oleh perkembangan kelompok musik dunia yang bermunculan setelah tenggelamnya kelompok musik the Beatles. Kelompok musik seperti Led Zeppelin, Deep Purple, Uriah Heep, The Rolling Stones, dan sebagainya, menjadi contoh dan idola bagi pemusik Indonesia dalam menggarap karya mereka.

Di samping kelompok musik di atas, penyanyi-penyanyi solo pun bermunculan mewarnai perkembangan musik Indonesia. Penyanyi-penyanyi yang dihasilkan oleh Festival Penyanyi Pop Indonesia serta Pemilihan Bintang Radio dan Televisi ternyata memiliki pengaruh yang hebat dalam percaturan musik Indonesia. Diantaranya Ari Kusmiran, Titiek Sandhora, Harvey Malaiholo, Rafika Duri, Grace Simon, Benyamin S, Dewi Yull, Andi Meriem Matalatta, Hetty Koes Endang, Broery Marantika, disamping penyanyi generasi sebelumnya, seperti Tety Kadi, Ida Royani, Titiek Puspa, dan Bob Tutupoly.

Perlu juga dicatat prestasi kelompok musik Trio Bimbo yang sebelumnya ditolak keberadaannya oleh industri rekaman Indonesia, tetapi justru kemudian memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan musik Indonesia, dengan jenis musik sweet country sampai ballada dengan iringan gitar akustik. Lirik lagunya merupakan karya sastra yang ditulis dalam bentuk puisi oleh penyair-penyair besar seperti Taufik Ismail, Wing Kardjo, dan yang lainnya. Jenis musik tersebut juga diikuti oleh beberapa penyanyi yang lain, seperti Ebiet G Ade, Frangky dan Jane, serta yang lainnya.

Pada masa kebangkitan ini muncul pula jenis musik lain yang membawa visi dan misi patriotisme dan pemberontakan atas kemapanan yang terjadi yang dapat dilihat dari lirik-liriknya. Jenis musik ini diwakili oleh Harry Roesli dari Bandung, Leo Kristi dari Surabaya dan Iwan Fals dari Jakarta. Ketiga musisi ini diikuti pula oleh Doel Sumbang dan Gombloh.

Perkembangan musik popular ini juga berdampak positif terhadap musik Melayu. Akan tetapi sangat disayangkan adanya anggapan bahwa musik Melayu merupakan musik kelas bawah, musik pinggiran, musik kelas rendahan, musik rakyat jelata, dan sebagainya. Seorang penyanyi Melayu yang merasa prihatin dengan kondisi ini kemudian berupaya memodifikasi konsep musik Melayu yang ada dan meramunya dengan berbagai corak musik yang lain, khususnya musik rock, yang melahirkan jenis musik dangdut. Dia adalah Rhoma Irama. Ia menulis lagu-lagu yang bernuansa dakwah dalam berbagai bentuk pengungkapan, baik yang bersifat umum maupun yang berlandaskan agama Islam. Seiring dengan keberhasilannya bersama dengan kelompok Soneta yang dipimpinnya Rhoma Irama berhasil pula mengangkat sejumlah penyanyi dangdut ke taraf atas dengan citra yang baik seperti Elvi Sukaesih, Rita Sugiarto, dan lainnya.

Perjuangan yang dirintis Rhoma Irama ini berdampak baik pula bagi penyanyi-penyanyi dangdut lainnya seperti Mansyur S, Hamdan ATT, Meggy Z, A Rafiq, dan yang lainnya.

Pada dekade 1980-an terjadi penurunan kualitas dalam blantika musik populer Indonesia dikarenakan ulah para produser yang berlomba mengambil keuntungan dari bisnis musik dengan lebih mengutamakan penampilan daripada kualitas musiknya. Penyanyi yang muncul pada masa ini adalah Iis Sugianto, Betharia Sonata, Dian Pisesha, Nia Daniaty, dan lain-lain. Tapi masih ada beberapa pemusik Indonesia yang berusaha menampilkan citra yang baik dengan menampilkan musik-musik yang lebih kreatif. Yang termasuk di golongan ini adalah Dian Pramana Putra, Utha Likumahuwa, Joppie Latul, Tri Utami, Mus Mudjiono, dan lain-lain.

4.    Periode Musik Masa Perkembangan ( th 1990-sekarang )

Awal tahun 1990 ditandai dengan membanjirnya lagu-lagu yang bercorak Melayu yang diberi nama Slow Rock Malaysia. Sejumlah kerjasama dilakukan penyanyi Indonesia dengan penyanyi Malaysia. Dari penyanyi tunggal masih diwakili oleh penyanyi yang muncul pada tahun 1980-an ditambah dengan penyanyi baru yang muncul dari ajang festival vocal seperti Akademi Fantasi Indosiar, Indonesian Idol, Kontes Dangdut Indonesia, dan lain-lainnya. Di samping penyanyi tunggal, pada periode ini mulai bermunculan kembali kelompok-kelompok musik baru dengan membawa warna baru pula. Diantaranya Slank, Dewa 19, Gigi, Sheila On 7, Braggi, Peterpan, dan lain sebagainya.

Pada periode ini juga ditandai dengan hal yang unik, yaitu kemunculan lagu-lagu kerohanian Islam yang diberi nama Nasyid. Jenis musik ini lebih menitik beratkan pada syair lagu yang berisikan syiar agama Islam dengan musik yang minimalis, tetapi tetap dengan harmonisasi yang tinggi. Kelompok musik yang ada di jalur ini diantaranya Raihan, Opick, dan lain-lainnya.



Masa Kini
 Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia,masukpula berbagai jenis musik barat, seperti pop, jazz, blues, rock, dan R&B. demikian pula dengan musik- musik negeri India yang banyak dibawa melalui film- filmnya. Dari perkembangan ini, terjadi perpaduan antara musik asing dengan musik Indonesia. Musik India mengalami perpaduan dengan musik melayu sehingga menghasilkan jenis musik dangdut. Maka, muncul pula berbagai musisi Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues, rock, dan R&B. Berkembang pula jenis musik yang memadukan unsur kedaerahan Indonesia dengan unsur musik barat, terutama alat- alat musiknya. Jenis musik ini sering disebut musik etnis. C. Fungsi Musik Nusantara
 Secara umum, fungsi musik bagi masyarakat Indonesia antara lain sebagai sarana atau media upacara ritual, media hiburan, media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring tari, dan sarana ekonomi.
Sarana upacara budaya (ritual)
 Musik di Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara- upacara kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan. Di beberapa daerah, bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat.
Sarana Hiburan
 Dalam hal ini, musik merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan warga lainnya. Umumnya masyarakat Indonesia sangat antusias dalam menonton pagelaran musik. Jika ada perunjukan musik di daerah mereka, mereka akan berbondong- bondongmendatangi tempat pertunjukan untuk menonton.
Sarana Ekspresi Diri
 Bagi para seniman (baik pencipta lagu maupun pemain musik), musik adalah media untuk mengekspresikan diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan potensi dirinya. Melalui musik pula, mereka mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan, dan cita- cita tentang diri, masyarakat, Tuhan, dan dunia.
Sarana Komunikasi
 Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi anggota kelompok masyarakatnya. Umumnya, bunyi- bunyian itu memiliki  pola ritme tertentu, dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan. Alat yang umum digunakan dalam masyarakat Indonesia adalah kentongan, bedug di masjid, dan lonceng di gereja.
Pengiring Tarian
 Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi- bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat untuk mengiringi tarian- tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah di Indonesia hanya bisa diiringi olehmusik daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik- musik pop dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian- tarian modern, seperti dansa, poco- poco, dan sebagainya.
Sarana Ekonomi
 Bagi para musisi dan artis professional, musik tidak hanya sekadar berfungsi sebagai media ekspresi  dan aktualisasi diri. Musik juga merupakan sumber  penghasilan. Mereka merekam hasil karya mereka dalam bentuk pita kaset dan cakram padat (Compact Disk/CD) serta menjualnya ke pasaran. Dari hasil penjualannya ini mereka mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain dalam media kaset dan CD. Para musisi juga melakukan pertunjukan yang dipungut biaya. Pertunjukan tidak hanya dilakukan di suatu tempat, tetapi juga bisa dilakukan di daerah- daerah lain di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

Comments

Post a Comment

plis kata - katanya yang sopan yaaa :)

Popular posts from this blog

kerusakan lingkungan hidup dah usaha pelestariannya

Kuroi Tenshi (ed)