Kuroi Tenshi (ed)

Hari itu aku senang menemukan manusia dalam cermin yang cantik menggunakan baju kuning dengan motif bunga lily warna ungu dengan rambut gelombang dan poni belah pinggir.

Sumber kecantikan ini juga hadir dari bedak yang menutupi raut wajah yang selalu muram, mungkin karena terlalu sering menebar kebencian dan hati yang penuh dendam. Sambil membakar cigarette lalu dihisap dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, diorama masa lalu itu tak pernah habis. 

"Pokoknya rencana saya harus berhasil, sebagai malaikat hitam,"

Untuk mendukung irama dalam hati, menggunakan earphone saya play musik berjudul Kuroi Tenshi (Black Angel) pada MP3 Player yang berisikan musik favorit dalam memory 128MB.

Setelah semua siap dan menggunakan wewangian, saya keluar dari kamar kos yang kumuh itu untuk bertemu seorang laki-laki pintar yang dikenal bersejarah dalam pembangunan sebuah komunitas terkenal. Ckck. busuk.

Tangannya yang kasar itu menggengam jari-jari saya yang lembut seperti pantat bayi. Bibirnya yang hitam selalu berucap kata bijak penuh motivasi sambil menyerahkan satu bungkus Marlboro merah dan koreknya.

Matanya warna coklat dan menatapku cukup tajam. Kita bertemu setiap hari Kamis, di tempat ngopi agak populer di Kota Bandung.

"Tak pernah aku bertemu dengan lelaki paling goblok selain kamu,"

Dengan menghisap perlahan, akhirnya saya ucapkan apa yang saya rasakan.

"Apakah saya egois mencintaimu sepenuh hati? sial, aku tidak bisa menyampaikan prosa-prosa yang paling baik soal cinta, yang terucap itu tidak menggambarkan perasaanku sepenuhnya,"

Kamu hanya diam, dan tiba-tiba menatap dan menggenggam tanganku, kemudian bilang "tenang, kamu akan baik-baik saja, aku juga mencintaimu,".

Hahaha! masuklah kamu ke perangkapku, atau justru aku yang masuk keperangkapmu? 

Kamu begitu bodoh, kamu begitu tolol, kamu lelaki paling bego yang pernah aku temui. Kamu banyak membohongi perempuan tapi sebetulnya kamu orang yang paling menderita. Tapi gak apa-apa, kamu suka traktir aku burger McD dan sebungkus Marlboro. Jadi akan kutemani.

Sebetulnya jika aku lebih cerdas, ingin sekali menyusun prosa indah tentang cinta seperti Rumi atau Rabiah padamu. Akan saya susun sebaik mungkin. tapi.. untuk apa juga saya terlalu berlebihan ingin menyusun prosa perasaanku padamu?

Jika keindahan tulisan penuh cinta ala Rumi dan Rabiah dipersembahkan untuk Allah. Mengapa aku harus bersusah payah berpikir hanya untuk kamu? sedang akupun belum pernah menuliskan kata-kata romantis untuk diriku sendiri sekalipun. Jadi untukmu sederhana saja, tak perlu ada yang diistimewakan. Biasa saja. Karena kamu penipu.

Tapi sebetulnya itu hanya alibi. Akunya saja yang memang malas membaca prosa karya penyair terkenal. Tak ada waktu, semua waktu habis karena memikirkan kamu.

Tiada lagi keterampilanku selain membuatmu jatuh pada pundakku untuk dielus. Tempatmu mengeluh, tapi yang kamu butuh sebetulnya bukan itu. Kamu ada keperluan lain.

Sok dewasa, sebetulnya ilusi-ilusi kemenanganku adalah hasil dari rasa sepi.

Sebelum apa yang kamu bicarakan, aku sudah hafal.

Aku kesepian.

Comments

Popular posts from this blog

musik pada masa penjajahan

Bunga Matahari